SUMBAR menerima 24 penghargaan dalam peringatan Hari
Lingkungan Hidup 2013. Presiden Susilo Bambang Yudoyono menyerahkan
secara langsung penghargaan di bidang lingkungan yakni, Piala Adipura,
Adiwiyata, Kalpataru dan Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) di Istana
Negara, Senin (10/6) kepada masing-masing kepala daerah, termasuk
Gubernur Sumbar Irwan Prayitno yang kembali menerima penghargaan SLHD
terbaik tingkat nasional.
Peringatan Hari Lingkungan Hidup se-dunia yang mengambil
tema; “Think, Eat, Save, Reduce Your Food Print” (ubah prilaku dan pola
konsumsi untuk keselamatan lingkungan) ini, Gubernurr Irwan menerima
langsung penghargaan yang diberikan Presiden SBY.
Presiden SBY menyebut, pemberian penghargaan dilakukan
setiap tahun, tidak lain sebagai bentuk motivasi bagi seluruh komponen
masyarakat, agar lebih peduli terhadap lingkungan. Sesuai tema, mengubah
prilaku dan pola konsumsi bukan sesuatu yang mudah. Sampai saat ini
masih diperlukan bentuk insentif yang di antaranya melalui berbagai
bentuk penghargaan.
Kata presiden, seberapa efektif penghargaan ini dapat
mendorong masyarakat untuk lebih peduli terhadap lingkungan. Karena
lingkungan hidup yang terjaga baik, sebenarnya tergantung pada program
kerja pemerintah daerah itu sendiri.
Sementara Gubernur Irwan Prayitno menyampaikan
terimakasih kepada seluruh masyarakat, pihak swasta, perguruan tinggi,
LSM dan institusi, lembaga terkait yang telah saling bersinergi dan
berkoordinasi, sehingga Sumbar memperoleh cukup banyak penghargaan
lingkungan tahun ini. “Pemerintah daerah berkewajiban membuktikan secara
nyata bahwa upaya penyelamatan dan pelestarian lingkungan bukan sesuatu
yang sifatnya sesaat, tetapi secara berkesinambungan,” kata Irwan.
Menurutnya, basis data yang disajikan dalam buku SLHD,
dapat dipergunakan sebagai dasar dalam mengevaluasi dan merumuskan
kebijakan di bidang lingkungan. Apalagi dalam buku SLHD sudah
menyebutkan media dan di mana lingkungan terkritis yang perlu
diperhatikan, sumber tekanan dari kegiatan apa saja yang dominan
mempengaruhi perubahan kualitas lingkungan.
Gubernur melihat bahwa masing-masing dinas memiliki
program pemberdayaan masyarakat yang dilakukan secara parsial. Jika
diperluas ruang lingkupnya, dapat menjadi lebih efektif sehingga bisa
mengintegrasikan aspek ekonomi sekaligus aspek lingkungan. Contoh,
pengembangan pertanian organik dapat disinergikan dengan program
pemberdayaan masyarakat pengelolaan pasar untuk mengelola sampah melalui
3 R pada instiusi lain.
Demikian pula dengan pengembangan peternakan yang dapat
disinergikan dengan pengembangan energi alternatif melalui biogas.
Kemudian program Coorporate Soscial Responsibiliy (CSR) perusahaan
disinergikan dengan program pemerintah daerah, agar penyaluran bantuan
tepat sasaran.
Sementara itu, dengan bertambahnya indikator penilaian
Adipura— tidak hanya bersih dan hijau, juga kualitas air dan kualitas
udara (untuk kota besar), maka setiap daerah harus lebih giat dalam
memerhatikan lingkungan.
“Penghargaan Adipura tidak hanya menunjukkan kinerja
institusi yang berkaitan dengan sampah dan penghijauan, tetapi sudah
melibatkan seluruh institusi. Untuk menjaga air dan udara tetap bersih,
perlu upaya pengendalian sumber pencemaran dari berbagai sektor,” jelas
Irwan yang menilai peran utama tetap terletak kepada masyarakat.
Irwan meminta setiap Satuan Kerja Peringkat Daerah
(SKPD) agar meninjau pengadaan sarana dan prasarana yang dianggarkan
melalui Dana Alokasi Khusus (DAK), agar manfaat dari pengadaan sarana
tersebut dapat dipenuhi. Untuk itu komunikasi aktif dengan pemerintah
pusat diperlukan, sehingga dana yang disalurkan sudah sesuai dengan
kebutuhan masyarakat serta menstimulasi keterlibatan masyarakat.
Adiwiyata Pembentukan Karakter
Irwan juga mengimbau bupati/ walikota lebih meningkatkan
peran pendidikan intelektual anak dan mentalitas melalui pendidikan
berkarakter. Salah satu karakter yang menjadi perhatian sekolah, anak
yang peduli terhadap lingkungan. Program Adiwiyata sebagai program yang
dikembangkan pemerintah untuk mewujudkan Sekolah Peduli Lingkungan,
sudah dicanangkan sebelum tahun 2010. Namun, perkembangannya lambat. Hal
itu terlihat dengan hanya satu, dua sekolah penerima Adiwiyata.
“Sejak dua tahun terakhir sudah mulai bermunculan minat
sekolah terhadap pengembangan sekolah Adiwiyata. Sekolah mulai menyadari
program Adiwiyata tidak memberatkan sekolah, karena mengintegrasikan
pembelajaran dan pembiasaan ramah lingkungan dalam keseharian anak
didik,” beber Irwan.
Gubernur berharap program Adiwiyata bisa dilaksanakan di
seluruh sekolah di kabupaten/kota secara berkesinambungan. Ini untuk
meningkatkan partisipasi seluruh komponen masyarakat dan mendorong
kreativitas anak melalui pemanfaatan media lingkungan sekolah dalam
proses pembelajaran.
Sementara, untuk kategori Kalpataru, pembina lingkungan,
pengabdi lingkungan, penyelamat lingkungan dan pemerhati lingkungan,
menurut Irwan, menunjukkan tingkat kepedulian masyarakat Sumbar, baik
perorangan maupun kelompok semakin tinggi terhadap lingkungan. “Saya
sangat mengapresiasi perorangan dan kelompok yang sangat peduli dengan
lingkungan. Menyelamatkan lingkungan, tanpa pamrih,” lugas Irwan.
posmetropadang.com