Otonomi disikapi para kepala daerah di
Indonesia dengan cara beragam, mulai cara pandang ke bisnis hingga
kreatif. Pengaruhnya, mereka ada yang diganti, ada juga yang terpilih
kembali, sehingga inovasinya dijadikan acuan kepala daerah lain.
Gubernur Sumbar Irwan Prayitno mungkin
adalah salah satu acuan tersebut. Kebijakannya tidak ada yang inovatif
dan menarik perhatian publik. Namun ia punya gaya kepemimpinan berbeda
dibanding kepala daerah lainnya. Ia adalah orang yang membumi, yang
selalu naik pesawat Garuda kelas ekonomi walau punya hak naik kelas
bisnis.
Ditanya oleh Hermawan Kartajaya mengenai
hal tersebut, alasan ia melakukannya karena kondisi APBD Sumbar. Ia
tidak melihat alasan dirinya mendapat fasilitas mewah, namun
mengoptimalkan apa yang ada. Penghematan pun dilakukannya sekaligus agar
dapat menginspirasi publik. Selain tiket pesawat, ia tidak mau
mengganti mobil dinas atau renovasi rumah dinas meski anggarannya
tersedia.
Uang hasil penghematan digunakan untuk
kebutuhan pengelolaan pemerintahan daerah. Uniknya, biar menghemat,
Irwan bisa menaikkan insentif bagi para pegawai Pemprov yang
berprestasi, salah satunya yang bisa melakukan pelayanan publik sesuai
target.
Dengan cara itu, walau APBD Sumbar tidak
terbilang besar dan beberapa kali terkena bencana alam, Pemprov Sumbar
berhasil mendapatkan sejumlah apresiasi, salah satunya Penghargaan
Presiden. Menurut Irwan, dengan kondisi keuangan terbatas, penghematan
dilakukannya untuk memberi contoh kepada para pegawai Pemprov.
Dampak langkah tersebut membuat
komposisi belanja pegawai hanya 24% dari APBN. Artinya, dana APBD
benar-benar disalurkan untuk melayani rakyat dibanding birokrasi. Ini
adalah sebuah langkah maju yang menunjukan sebuah gaya kepemimpinan
punya dampak amat besar.
By Jaka Perdana
the-marketeers.com 10 Agustus 2012