12 Juni 2013

Gubernur Irwan Prayitno Terima Penghargaan SLHD

SUMBAR menerima 24 penghargaan dalam peringatan Hari Lingkungan Hidup 2013. Presiden Susilo Bambang Yudoyono menyerahkan secara langsung penghargaan di bidang lingkungan yakni, Piala Adipura, Adiwiyata, Kalpataru dan Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) di Istana Negara, Senin (10/6) kepada masing-masing kepala daerah, termasuk Gubernur Sumbar Irwan Prayitno yang kembali menerima penghargaan SLHD terbaik tingkat nasional.

Peringatan Hari Lingkungan Hidup se-dunia yang mengambil tema; “Think, Eat, Save, Reduce Your Food Print” (ubah prilaku dan pola konsumsi untuk keselamatan lingkungan) ini, Gubernurr Irwan menerima langsung penghargaan yang diberikan Presiden SBY.

Presiden SBY menyebut, pemberian penghargaan dilakukan setiap tahun, tidak lain sebagai bentuk motivasi bagi seluruh komponen masyarakat, agar lebih peduli terhadap lingkungan. Sesuai tema, mengubah prilaku dan pola konsumsi bukan sesuatu yang mudah. Sampai saat ini masih diperlukan bentuk insentif yang di antaranya melalui berbagai bentuk penghargaan.

Kata presiden, seberapa efektif penghargaan ini dapat mendorong masyarakat untuk lebih peduli terhadap lingkungan. Karena lingkungan hidup yang terjaga baik, sebenarnya tergantung pada program kerja pemerintah daerah itu sendiri.

Sementara Gubernur Irwan Prayitno menyampaikan terimakasih kepada seluruh masyarakat, pihak swasta, perguruan tinggi, LSM dan institusi, lembaga terkait yang telah saling bersinergi dan berkoordinasi, sehingga Sumbar memperoleh cukup banyak penghargaan lingkungan tahun ini. “Pemerintah daerah berkewajiban membuktikan secara nyata bahwa upaya penyelamatan dan pelestarian lingkungan bukan sesuatu yang sifatnya sesaat, tetapi secara berkesinambungan,” kata Irwan.

Menurutnya, basis data yang disajikan dalam buku SLHD, dapat dipergunakan sebagai dasar dalam mengevaluasi dan merumuskan kebijakan di bidang lingkungan. Apalagi dalam buku SLHD sudah menyebutkan media dan di mana lingkungan terkritis yang perlu diperhatikan, sumber tekanan dari kegiatan apa saja yang dominan mempengaruhi perubahan kualitas lingkungan.

Gubernur melihat bahwa masing-masing dinas memiliki program pemberdayaan masyarakat yang dilakukan secara parsial. Jika diperluas ruang lingkupnya, dapat menjadi lebih efektif sehingga bisa mengintegrasikan aspek ekonomi sekaligus aspek lingkungan. Contoh, pengembangan pertanian organik dapat disinergikan dengan program pemberdayaan masyarakat pengelolaan pasar untuk mengelola sampah melalui 3 R pada instiusi lain.

Demikian pula dengan pengembangan peternakan yang dapat disinergikan dengan pengembangan energi alternatif melalui biogas. Kemudian program Coorporate Soscial Responsibiliy (CSR) perusahaan disinergikan dengan program pemerintah daerah, agar penyaluran bantuan tepat sasaran.

Sementara itu, dengan bertambahnya indikator penilaian Adipura—  tidak hanya bersih dan hijau, juga kualitas air dan kualitas udara (untuk kota besar), maka setiap daerah harus lebih giat dalam memerhatikan lingkungan.

“Penghargaan Adipura tidak hanya menunjukkan kinerja institusi yang berkaitan dengan sampah dan penghijauan, tetapi sudah melibatkan seluruh institusi. Untuk menjaga air dan udara tetap bersih, perlu upaya pengendalian sumber pencemaran dari berbagai sektor,” jelas Irwan yang menilai peran utama tetap terletak kepada masyarakat.

Irwan meminta setiap Satuan Kerja Peringkat Daerah (SKPD) agar meninjau pengadaan sarana dan prasarana yang dianggarkan melalui Dana Alokasi Khusus (DAK), agar manfaat dari pengadaan sarana tersebut dapat dipenuhi. Untuk itu komunikasi aktif dengan pemerintah pusat diperlukan, sehingga dana yang disalurkan sudah sesuai dengan kebutuhan masyarakat serta menstimulasi keterlibatan masyarakat.
Adiwiyata Pembentukan Karakter

Irwan juga mengimbau bupati/ walikota lebih meningkatkan peran pendidikan intelektual anak dan mentalitas melalui pendidikan berkarakter. Salah satu karakter yang menjadi perhatian sekolah, anak yang peduli terhadap lingkungan. Program Adiwiyata sebagai program yang dikembangkan pemerintah untuk mewujudkan Sekolah Peduli Lingkungan, sudah dicanangkan sebelum tahun 2010. Namun, perkembangannya lambat. Hal itu terlihat dengan hanya satu, dua sekolah penerima Adiwiyata.
“Sejak dua tahun terakhir sudah mulai bermunculan minat sekolah terhadap pengembangan sekolah Adiwiyata. Sekolah mulai menyadari program Adiwiyata tidak memberatkan sekolah, karena mengintegrasikan pembelajaran dan pembiasaan ramah lingkungan dalam keseharian  anak didik,” beber Irwan.

Gubernur berharap program Adiwiyata bisa dilaksanakan di seluruh sekolah di kabupaten/kota secara berkesinambungan. Ini untuk meningkatkan partisipasi seluruh komponen masyarakat dan mendorong kreativitas anak melalui pemanfaatan media lingkungan sekolah dalam proses pembelajaran.

Sementara, untuk kategori Kalpataru, pembina lingkungan, pengabdi lingkungan, penyelamat lingkungan dan pemerhati lingkungan, menurut Irwan, menunjukkan tingkat kepedulian masyarakat Sumbar, baik perorangan maupun kelompok semakin tinggi terhadap lingkungan. “Saya sangat mengapresiasi perorangan dan kelompok yang sangat peduli dengan lingkungan. Menyelamatkan lingkungan, tanpa pamrih,” lugas Irwan.

posmetropadang.com