Jakarta, 
Padek – Karya nyata dan dedikasi Gubernur Irwan Prayitno mengembangkan 
pertanian organik di Sumbar, berbuah penghargaan, Rabu (28/11) lalu, 
kader PKS ini menerima penghargaan dari Menteri pertanian Suswono saat 
peringatan ”Bulan Mutu Nasional 2012” di Auditorium Gedung Kementerian 
Pertanian. 
Peringatan 
Bulan Mutu merupakan ajang interaksi berbagai pemangku kepentingan dalam
 meningkatkan mutu, baik pelayanan maupun produk pertanian secara 
on-farm maupun off-farm. ”Dalam konteks komoditi dan produk berupa 
pangan dan bahan pengan, maka pengertian mutu juga mencakup keamanan 
pangan. Dengan demikian, bila kita berbicara tentan mutu pangan tidak 
terlepas dari komoditi pertanian pangan sekaligus juga melekat mengenai 
keamanan pangannya untuk dikonsumsi oleh masyarakat luas, ” ucapnya. 
Dinamika 
sistem keamanan pangan didorong oleh faktor-faktor diantaranya, 
peningkatan volume dan keragaman komoditi pangan yang diperdagangkan, 
permintaan masyarakat terhadap perlindungan kesehatan semakin meningkat,
 perubahan ekologi dan perilaku manusia, pengelolaan dan pendeteksian 
bahaya semakin canggih, serta perubahan iklim dan cara bertani 
menyebabkan kemanan pangan selalu berubah. 
Untuk 
menghasilkan suatu mutu produk pertanian yang konsisten, tidak bisa 
hanya mengandalkan pengendalian penangan produk akhir saja, tetapi harus
 dikendalikan mulai dari tahapan prapanen sampai siap dikonsumsi (from 
farm to table). Di tingkat pemerintah, perlu koordinasi dan kerja sama 
mulai dari penyusunan program dan implementasinya secara terpadu antar 
eselon I lingkup pertanian mulai dari hulu sampaihilir, termasuk unit 
eselon I pendukung sepertiBadan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 
(Balitbangtan), Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian 
(BPSDMP), dan seterusnya. Sehingga bersama-sama pemangku kepentingan, 
pembangunan pertanian di Indonesia mampu menghasilkan produk yang dapat 
menjadi tuan rumah di negeri sendiri dan berdaya saing di pasar global. 
”Secara 
prinsip tanggung jawab pembangaunan pertanian ada di Kementan, tetapi 
implementasinya kita harus banyak berkoordinasi dengan kementerian 
lainnya,  misalnya menagngani pembangunan jalan penghubung antar sentra 
komoditas  dan tujuan pasar, pelabuhan, sumber pembiayaan, tata guna 
lahan dan sebagainya. Selama ini, belum didukung infrastruktur memadai 
dan keterpaduan gerak dengan instansi lainnya,” jelasnya. 
Masih banyak
 kasus ekspor komoditi pertanian bisa pekerjaan rumah (PR) kita, untuk 
segera diselesaikan. Sebut saja, pemotongan otomatis (automatic 
detention) terhadap kako kita yang di ekspor ke Amerika, karena diklaim 
mengandung kotoran. Namun, sampai saat ini masih belum dapat kita atasi.
 ”Untuk itu, Mentan menerbitkan Peraturan Menteri Pertanian yang 
mengatur pemberlakuan peningkatan kualitas, sehingga menjadi kakao 
fermentasi sesuai SNI,” tuturnya. 
Contoh 
lainnya adalah ekspor biji pala Indonesia ke Uni Eropa, selama kurun 
waktu tahun 2009-211, berdasarkan data dari Rapid Alert System on Food 
and Feed (RASFF) portal Indonesia telah menerima 21 kali notifikasi 
RASFF terkait kandungan aflatoxin pada pala. Ini ditindaklanjjti dengan 
inspeksi langsung dari tim Uni Eropa dan Indonesia harus melakukan 
tindakan perbaikan agar pala yang diekspor memenuhi persyaratan Uni 
Eropa sehingga ekspor berjalan lancar. Tindakan perbaikan penerapan 
jaminan mutu di setiap tahapan pasokan, mulai tahap budi daya dan 
penangan pascapanen di tingkat kelompok tani, penangan tingkat pedagang 
pengumpul, dan penangan di tingkat eksportir. Hingga, kegiatan ini harus
 didukung seluruh eselon satu terkait anatar lain Ditjen Perkebunan, 
Balai Penelitian, Ditjen PPHP, Barantan dan lainnya. 
”Pembinaan 
penerapan jaminan mutu tidak akan berhasil, kalau tidak dibarengi dengan
 proses pengawasan yang tepat dan terpadu. Terkait pengawasan Kementan, 
telah membangun jaringan kelembagaan pengawasan yaitu, Otoritas Kompeten
 Keamanan Pangan (OKKP)  berada di pusat dan yang berada di daerah 
disebut OKKP daerah. OKKP daerah dibentuk melalui Keputusan Gubernur 
masing-masing daerah,” paparnya. 
Dia 
mengapresiasi tiga kepala daerah yakni, Gubernur Bali dan Gubernur Jawa 
Tengah atas prestasi dalam pengembangan pertanian organik. ”Tanpa 
dedikasi dan karya nyat kepala daerah tersebut, mustahil pengembangan 
organik akan sukses seperti saat ini. Pengembagan organik di tiga daerah
 tersebut telah mampu memberikan nilai tambah terhadap ekonomi petani,” 
ucapnya. 
Gubernur 
Sumbar Irwan Prayitno mengatakan, dorongan Pemprov Sumbar mengembangkan 
pertanian organik adalah membentuk satgas pertanian organik dan 
mendirikan lembaga sertifikasi organik. Selain itu, pemberian insentif 
produk Rp250/kg, gerakan satu petani untuk mengurangi katergantungan 
petani terhadap pupuk buatan, serta gerakan pensejahteraan petani. 
Padang Ekspres, 30 November 2012   







 
 


