27 Maret 2013

Proyeksi BI: Ekonomi Sumbar Lebih Baik


Padang - Berdasarkan perkembangan indikator – indikator perekonomian yang ada, Bank Indonesia (BI) menilai, sepanjang 2013, perekonomian Sumbar diprediksi bakal tumbuh hingga 6,5 persen atau lebih. Dengan catatan, pemerintah daerah harus menjaga laju inflasi Kota Padang sebagai barometer inflasi di Sumbar.
 Peneliti Ekonomi Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPW BI) Wilayah VIII, M. Setyawan Santoso, mengatakan, berdasarkan proyeksi BI, kinerja ekonomi Sumbar akan terlihat mulai triwulan II. Optimisnya pertumbuhan ekonomi Sumbar dikarenakan semakin membaiknya daya beli masyarakat, sehingga memberikan andil signifikan terhadap sektor perdagangan. Selama ini, sektor perdagangan tercatat penyumbang cukup tinggi terhadap Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) setiap tahunnya.
 ”Ternyata perekonomian Sumbar maupun nasional relatif lebih baik pada tahun ini. Asumsi ini agak berbeda dengan pendapat ekonom – ekonom nasional yang selama ini memproyeksikan pertumbuhan ekonomi nasional yang masih belum membaik tahun ini, ” kata pria yang akrab disapa M. San itu pada Singgalang di

Padang, Selasa (26/3).

Selain peningkatan konsumsi rumah tangga, sumber pertumbuhan lainnya adalah adanya perkiraan meningkatnya rencana pembelian barang – barang tahan lama seperti barang elektronik, kendaraan bermotor dan furnitur. Hal itu disebabkan mulai membaiknya harga komoditas seperti kelapa sawit, karet dan berbagai komoditi primer lainnya. Pasalnya, dari Januari hingga Februari tahun ini, harga ekspor dua komoditi tersebut mulai menunjukan tren meningkat.

Bahkan, lanjut, M. San, pertumbuhan itu menjadi semakin tinggi, jika pemerintah daerah bersama Tim Pengelola Inflasi Daerah (TPID) Sumbar dapat menjaga pergerakan laju inflasi yang hingga periode Februari sudah mulai agak mencemaskan.

Dengan pertumbuhan 6,5 persen tersebut, idealnya laju inflasi Kota Padang sepanjang tahun ini hanya sebesar 5 persen. Sementara hingga saat ini, laju infalsi Kota Padang sebagai laju inflasi di Sumbar sudah mencapai 1,78 persen.

”Kita harapkan laju inflasi mulai triwulan II hingga triwulan VI tahun ini dapat lebih stabil. Sebab, harga sejuumlah komoditi yang selama ini tercatat sebagai pembentuk inflasi dengan bobot yang besar mulai turun, sejalan dengan adanya panen raya padi di Jawa. Selain itu, juga adanya panen bawang merah dan bawang putih, akibat cuaca yang mulai stabil,” ungkapnya.

Harus Berkualitas
Dihubungi secara terpisah, Ekonom Universitas Negeri Padang (UNP), Syamsul Amar, mengatakan, dalam pertumbuhan ekonomi, yang paling penting bukan besaram pertmbuhan itu saja. Akan tetapi, pemerintah daerah juga harus memperhatikan kualitas dari pertumbuhan sendiri. Artinya, bagaimana semua lapisan masyarakat bisa menikmati dan berpartisipasi dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi tersebut.

Selama ini, besarnya pertumbuhan ekonomi di daerah ini masih dinikmati sebagian kecil masyarakat yang memiliki modal besar. Sementara, golongan menengah ke bawah belum terlalu menikmati dari besarnya pertumbuhan ekonomi Sumbar. ”Sebab, di tengah tingginya pertumbuhan ekonomi daerah ini, ternyata angka kemiskinan kita masih tetap tinggi dan tidak turun secara signifikan,” kata mantan Dekan Fakultas Ekonomi UNP itu.

Selama ini, komoditi primer yang dihasilkan daerah ini belum bisa memberikan nilai lebih pada masyarakat. Apa yang dihasilkan Sumbar sebagian besarmnya dibawa keluar daerah. Daerah hanya mendapatkan pajak, retribusi dan gaji karyawan yang dinilai tidak seberapa jika dibandingkan dengan nilai tambah yang dihasilkan dari pengolahan komoditi primer tersebut.

Untuk itu, menurutnya, perlu adanya regulasi yang lebih berpihak pada ekonomi kelas bawah, sehingga mereka dapat berperan serta dalam menciptakan pertumbuhan. Pemerintah harus mendorong pertumbuhan ekonomi golongan menengah ke bawah.

Dalam hal ini, pemerintah daerah harus menciptakan iklim usaha yang kondusif bagi pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). ”Selama ini, masyarakat hanya terkesan sebagai penonton, di tengah maraknya pertumbuhan ekonomi daerah,” tutupnya.

Singgalang, 25 Maret 2013